Monday, 3 June 2013

twenty two y.o~ :)

Ini saya yang kini telah berusia 22 tahun. Melewati banyak peristiwa hingga akhirnya mencicipi tahap ‘ini’.
Bila Anda berminat, saya akan menguraikan sedikit masa-cerita-saya.


Saya lulus di umur 21 tahun dengan gelar S. Hum (Sarjana Humaniora). 
Saya mengambil jurusan Sastra Prancis di Universitas Indonesia, dan memang berniat untuk menyelesaikan studi saya dalam kurun waktu 3,5 tahun saja. Alhamdulillah berkat ridho Allah SWT saya pun dapat memenuhi hal tersebut.
Februari lalu saya baru saja diwisuda bersama empat teman saya lainnya. 
Sesungguhnya tidak ada yang terlalu istimewa dari ‘diwisuda’, walaupun saya tetap mengucapkan banyak-banyak terima kasih pada teman dan keluarga saya yang sudah menyempatkan diri untuk datang di acara itu.


Wisuda… Sembilan Februari, dua ribu tiga belas.
Saat itu saya didampingi oleh Nenek dan Tante saya (adik dari Almh. Ibu saya).
Ucapan-ucapan selamat, kedatangan sahabat, pacar, kerabat, saya berterima kasih. Sangat. Sungguh.
Tapi tetap saya merasa tidak ada yang istimewa. Ada banyak hal yang berkecamuk dalam hati dan pikiran saya. Lantas apa setelah wisuda? Memang mengapa kalau sudah diwisuda? Benarkah wisuda merupakan salah satu momen terindah dalam hidup kita yang juga patut dikenang?Apa istimewanya seorang sarjana? Bukankah sama saja ketika kita lulus SMA, ujjian, wisuda, lalu mendapat ijazah? Sudah siapkah saya menghadapi hidup setelah wisuda? Hendak apa? Apa yang sebenarnya saya cari? Apa yang sebenarnya saya inginkan?
Hingga saat itu saya belum menemukan apa yang hendak saya cari.
Sebenarnya beberapa minggu sebelum saya diwisuda, saya sudah mengirim cv ke pelbagai perusahaan dengan berbagai macam posisi. Ada pun posisi yang saya cari, sekretaris, staff administrasi, admin frontline, supervisor mall-mall ternama, dan sebagainya.
Bayangkan, bahkan saya belum tahu bidang apa kelak yang akan saya tekuni di dunia kerja!
Tak ada orang untuk berbagi cerita, berbagi pendapat, bertukar pikiran, maupun memberi nasihat. Semua saya lakukan sendiri, mulai dari memotivasi diri sendiri dan memutuskan apa yang terbaik bagi saya.
Seolah saya hanya keep applying in so many different companies with various positions. Apa yang memenuhi pikiran saya: Tidak ingin menjadi pengangguran, dan ingin segera mandiri secara finansial!
Meski masih ada tanda tanya besar yang menggelayuti pikiran saya:
Apa yang sebaiknya saya lakukan?!
Melanjutkan sekolah lagi? Tentu saya mau, namun tidak dalam waktu dekat ini, sebab keinginan saya melanjutkan sekolah adalah untuk mendongkrak posisi saya di pekerjaan yang akan saya tekuni kelak.

Singkat cerita, panggilan demi panggilan saya dapatkan, tes berupa psikotes dan berbagai interview saya lakukan, tawaran-tawaran pun Alhamdulillah berdatangan.
Singkat cerita dari tawaran-tawaran tersebut, saya menyortir dengan penilaian, salary yang mereka tawarkan, dan sistem/jadwal kerja perusahaan yang bersangkutan.
Saya mematok minimal saya harus mendapatkan salary sekitar tiga, dan jadwal bekerja yang office hours, serta tunjangan-tunjangan lain berupa asuransi kesehatan, transport, insentif, dan sebagainya.
Hingga akhirnya pilihan saya jatuh di PT Boehringer Ingelheim Indonesia, yah walau posisi saya hanya sebagai admin-frontline.


Menjadi karyawan…. Enam Maret, dua ribu tiga belas.
I was so excited on that day.  
Singkat cerita berkat kerja di sana saya Alhamdulillah dapat mandiri secara finansial, bahkan turut membantu (walaupun tidak seberapa) keperluan orang rumah.
Apa pun, semua kebutuhan saya tercover.
Tapi sungguh, itu bukanlah sekedar ‘itu’.
Lebih pada rasa ‘ternyata saya mampu sampai pada tahap ini, meskipun segala motivasi hanya berasal tunggal-dari-dalam-diri-saya-sendiri’.
Betapa lebarnya senyum saya ketika mendapat gaji pertama kali sebagai seorang karyawan suatu perusahaan besar. Lalu mengatur pengeluaran supaya saya survive hingga gajian bulan depan.
Saya akui gaji bulan pertama dan kedua habis untuk berbelanja, mulai dari baju-baju kantor, sepatu, tas, dan aksesoris2 lain. Awalnya memang sayang juga hanya dihabiskan untuk berbelanja, tapi toh saya memang membutuhkan semua barang itu, dan tiap kali membuka isi lemari saya juga cukup senang, karena sebagian baju sudah mampu saya beli dengan uang saya sendiri. Lega dan bersyukur, terima kasih Allah SWT J
Rasanya sungguh benar-benar bangga juga atas kesungguhan dalam diri saya.
Berjuang sendiri, menentukan pilihan sendiri, dan melakoni semua hal itu juga sendiri.
Nenek dan Tante mendukung, tapi mereka hanya melihat dari luar, semua keputusan ada pada saya. Ayah kandung saya jauh di luar Pulau Jawa, tinggal sama keluarganya, bila saya tidak menanyakan kabarnya terlebih dahulu, jarang sekali Ia menanyakan kabar saya. Yahh tak jauh berbeda dengan Ayah tiri saya.
Sudahlah saya memang sendiri, dan bersyukur juga atas hal tersebut, sebab mungkin jika saya tetap bergantung pada mereka (ataupun salah satu dari mereka) bisa saja saya hanya akan jadi gadis bermental tempe. Who knows? Positive thinking aja.. :”)


Dunia kerja..
Mungkin dari kalian juga akan merasakan yang namanya berangkat shubuh pulang malam, begitu setiap hari Senin-Jumat.. Belum lagi jika ada kerjaan tambahan, atau ada meeting.

Mungkin dari kalian juga akan merasakan bagaimana susahnya membagi waktu antara kerjaan-waktu istirahat-dan main/nongkrong. Secara jelasnya saya tidak dapat menjelaskannya di sini, karena nanti kalian sendiri yang akan mengerti bila kalian memang sudah terjun di dunia kerja….

Mungkin dari kalian juga akan merasakan sindrom kangen dunia kampus, sebab dunia kerja sungguh jauh berbeda. Tidak ada lagi libur panjang semester, tidak bisa asal bolos kerja, tiba-tiba kena omel yang bahkan kalian tidak tahu permasalahannya apa, dan sebagainya..


Resign/tidak melanjutkan kontrak.. 5 Juni 2013..
Ya, memang saya hanya bermaksud kerja di Boehringer hanya untuk tiga bulan saja, sebab posisi saya yang memang hanya sebagai admin frontline/frontline officer tidak menjanjikan jenjang karier yang bagus. Oleh karena itu saya tidak berminta untuk melanjutkan kontrak..
Dari awal niat saya untuk bekerja di Boehringer adalah untuk mencari pengalaman kerja di perusahaan besar dengan sistem office hours, saya mau cari tahu perbedaan orang-orang HO (Head Office) dan FF (Field Force), juga karena saya tidak mau label ‘pengangguran’ ada di dalam diri saya, jadi ketika mereka menawarkan kontrak kerja tiga bulan terlebih dahulu (masa probation) saya mengiyakan, meskipun dua hari setelah saya signed contract dengan mereka tawaran-tawaran yang lebih menarik justru baru berdatangan. Ya sudah, saya anggap untuk saat itu bekerja di Boehringer adalah jalan terbaik yang diberikan oleh Allah SWT. J
Langkah selanjutnya, saya tetap memasukan CV saya untuk mencari posisi yang lebih baik, Alhamdulillah diberi jalan oleh Allah SWT, tanggal 6 Juni 2013 saya briefing di suatu dept. store besar di Jakarta, dengan posisi sebagai MT (Management Trainee).
Saya tidak tahu apakah menerima tawaran itu akan baik untuk karir saya ke depan, yang saya tahu, saya memang mengejar posisi MT selepas dari Boehringer.


Sebagai kesimpulan, wisuda dan bekerja di umur muda merupakan hal yang memberi ruang bagi mental dan pikiran saya untuk terus maju dan berkembang, bagaimanapun keadaannya, sesulit apapun, sekeras apapun. Satu yang saya tahu, saya harus terus berkembang dan berkarya dalam hidup saya, dan untuk mendapatkan semua hal itu mengingat dan mencari ridho Allah SWT adalah hal yang utama yang harus saya lakukan, karena tanpa ridho dan kehendakNya, belum tentu semua hal tersebut terjadi.


-meranitalentsa

No comments:

Post a Comment